Selasa, 12 Oktober 2010

Gali kuburan

Huaaaaa................., jangan parno dulu ama judulnya, emang yg punya blog suka amat bikin judul yg g karu2an, malah seringnya kagak nyambung kali ye.
Gini lho critanya, pan Eva gi jadi member penelitian kemasan yang urai hayati, wuiiihhhh, pake bahasa Indonesia yg baik dan benar, tumbeeennnn, g pake acara medhok Javanesse J Trus u/ mengetahui sebrapa lama kemasan2 itu bisa ancur di tanah, di uji lah kemasan2 itu dengan ’burial test’, jadi kemasan2 dikubur dan digali setiap 4 minggu u/ diliat pisikal propertisnya, ada perubahan berapa persen. Saat blog ini ditulis, kemasan2 itu dah berapa pada 14 minggu pemendaman. Dan apa yang terjadi????? Secara kasat mata lum keliatan perubahannya (bolong2 misalnya), tapi klo di liat dari berat, sudah berkurang sekian persen (nol koma doanx), trus diuji kuat tariknya, dah menurun juga.
Eh, koq aku lum jelasin, kemasan2 apa aza seh yg dipendam??????
Critanya, sang penulis blog dan peneliti utamanya membuat campuran poliolefin (polietilen yang biasa untuk kemasan makanan itu lho) dengan bahan2 yg bisa urai hayati, misalnya tapioka, PBS (Polybutilen succinate). Apaan tuh PBS???? PBS itu salah satu bahan pembuatnya adalah enzym yg memiliki sifat urai hayati (mahal bo, apalagi klo ditambah nongkrong di custom mpe 3 bulan, duuuhhhh, pucing klo inget kejadian ini, hikz3x)
Jadi, klo plastik2 dicampur bahan urai hayati, diharapkan limbah plastik bisa berkurang.
Eiiitttssss, tapi jangan hepi dulu, secara ini untuk kemasan makanan, jadi harus ada uji migrasi dunx. Apa itu uji migrasi? Uji migrasi yaitu pengujian untuk mengetahui seberapa banyak bahan plastik yang bisa mencemari makanan yg dikemas. Untuk penjelasan singkat prosedurnya, bisa diliat di episode Kejar Tayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar